Setelah perburuan selama setengah abad para fisikawan akhirnya mengumumkan penemuan partikel sub-atomik yang disebut Higgs Boson atau Partikel Tuhan, Rabu.
Gemuruh sorak-sorai dan tepuk tangan menyambut presentasi bersejarah itu di Pusat Riset Nuklir Eropa (CERN) yang memaparkan data-data baru tentang partikel sub-atomik yang memberikan masa pada partikel itu.
Sejumlah ilmuwan veteran berambut putih tampak bercucuran air mata menyambut penemuan monumental itu.
Temuan baru itu "konsisten dengan Higgs boson yang telah lama dicari," tegas CERN dalam sebuah pernyataan. "Kami telah mencapai sebuah tonggak dalam pemahaman akan alam," imbuh Rolf Heuer, direktur CERN.
Meski demikian dia dan ilmuwan lain masih mewanti-wanti bahwa temuan itu masih harus diteliti untuk mengidentifikasi lebih jauh partikel tersebut.
"Sebagai awam saya akan mengatakan kita telah menemukannya, tetapi sebagai ilmuwan saya harus bilang, 'apa yang kita temukan?'" ujar Heuer dalam sebuah konfrensi pers.
"Kami telah menemukan sebuah boson dan kini kami harus menentukan boson jenis apa itu," imbuh dia.
Boson sendiri adalah adalah partikel non-benda yang bekerja sebagai pembawa gaya atau pembawa pesan yang bergerak di antara partikel benda.
Sementara Peter Higgs (83), seorang fisikawan pemalu yang pertama kali mengungkap teori dasar tentang partikel itu dan namanya kemudian menjadi nama partikel tersebut, tidak kuasa menunjukan kepuasannya.
"Saya tidak penah berharap ini akan terjadi di masa hidup saya dan saya akan meminta keluarga saya untuk menyimpan sampanye di kulkas," kata Higgs dalam pernyataanya.
Higgs duduk bersama Francois Englert (79), ilmuwan Belgia yang juga berkontribusi dalam teori itu.
"Saya hanya ingin mengatakan bahwa saya mengenang Robert Brout," kata Englert dengan mata berkaca-kaca, mengenang rekannya yang telah wafat pada 2011. Ia, Brout, dan Higgs adalah tiga orang pertama yang mengemukakan teori Partikel Tuhan itu.
Teori itu sendiri merupakan salah satu teori yang paling sukses di dunia fisika meski mempunyai sejumlah kelemahan. Salah satunya kelemahan terbesarnya karena tidak bisa menjelaskan mengapa sejumlah partikel mempunyai masa sedangkan yang lain, semisal cahaya, tidak.
Diajukan oleh Higgs dan sejumlah ilmuwan lain, boson itu diyakini terdapat dalam sebuah medan tidak terlihat, yang ada di semua tempat, dan diciptakan oleh "Big Bang" pada sekitar 14 miliar tahun silam.
Menurut teori itu partikel-partikel yang melewati medan Higgs akan melambat karena "menerima masa". Sebaliknya partikel lain, seperti cahaya, bisa melesat tanpa halangan.
CERN sendiri menggunakan laboratorium bawah tanah yang di dalamnya proton-proton ditabrakan dalam kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya sehingga menghasilkan pecahan-pecahan sub-atomik yang kemudian dianalisis untuk menemukan partikel Higgs.
Agar menghindari bias dalam hasil penelitiannya CERN melakukan eksperimen di dua laboratorium yang bekerja secara independen dan yang akhirnya berhasil menemukan partikel baru dengan masa sekitar 125 - 126 Gigaelectrovolts (GeV).
Kedua laboratorium itu mengatakan hasil eksperimen tersebut bersifat "lima sigma", yang berarti peluang kekeliruan matematis dalam dua penelitian itu hanya sebesar 0,00006 persen.
Gemuruh sorak-sorai dan tepuk tangan menyambut presentasi bersejarah itu di Pusat Riset Nuklir Eropa (CERN) yang memaparkan data-data baru tentang partikel sub-atomik yang memberikan masa pada partikel itu.
Sejumlah ilmuwan veteran berambut putih tampak bercucuran air mata menyambut penemuan monumental itu.
Temuan baru itu "konsisten dengan Higgs boson yang telah lama dicari," tegas CERN dalam sebuah pernyataan. "Kami telah mencapai sebuah tonggak dalam pemahaman akan alam," imbuh Rolf Heuer, direktur CERN.
Meski demikian dia dan ilmuwan lain masih mewanti-wanti bahwa temuan itu masih harus diteliti untuk mengidentifikasi lebih jauh partikel tersebut.
"Sebagai awam saya akan mengatakan kita telah menemukannya, tetapi sebagai ilmuwan saya harus bilang, 'apa yang kita temukan?'" ujar Heuer dalam sebuah konfrensi pers.
"Kami telah menemukan sebuah boson dan kini kami harus menentukan boson jenis apa itu," imbuh dia.
Boson sendiri adalah adalah partikel non-benda yang bekerja sebagai pembawa gaya atau pembawa pesan yang bergerak di antara partikel benda.
Sementara Peter Higgs (83), seorang fisikawan pemalu yang pertama kali mengungkap teori dasar tentang partikel itu dan namanya kemudian menjadi nama partikel tersebut, tidak kuasa menunjukan kepuasannya.
"Saya tidak penah berharap ini akan terjadi di masa hidup saya dan saya akan meminta keluarga saya untuk menyimpan sampanye di kulkas," kata Higgs dalam pernyataanya.
Higgs duduk bersama Francois Englert (79), ilmuwan Belgia yang juga berkontribusi dalam teori itu.
"Saya hanya ingin mengatakan bahwa saya mengenang Robert Brout," kata Englert dengan mata berkaca-kaca, mengenang rekannya yang telah wafat pada 2011. Ia, Brout, dan Higgs adalah tiga orang pertama yang mengemukakan teori Partikel Tuhan itu.
Teori itu sendiri merupakan salah satu teori yang paling sukses di dunia fisika meski mempunyai sejumlah kelemahan. Salah satunya kelemahan terbesarnya karena tidak bisa menjelaskan mengapa sejumlah partikel mempunyai masa sedangkan yang lain, semisal cahaya, tidak.
Diajukan oleh Higgs dan sejumlah ilmuwan lain, boson itu diyakini terdapat dalam sebuah medan tidak terlihat, yang ada di semua tempat, dan diciptakan oleh "Big Bang" pada sekitar 14 miliar tahun silam.
Menurut teori itu partikel-partikel yang melewati medan Higgs akan melambat karena "menerima masa". Sebaliknya partikel lain, seperti cahaya, bisa melesat tanpa halangan.
CERN sendiri menggunakan laboratorium bawah tanah yang di dalamnya proton-proton ditabrakan dalam kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya sehingga menghasilkan pecahan-pecahan sub-atomik yang kemudian dianalisis untuk menemukan partikel Higgs.
Agar menghindari bias dalam hasil penelitiannya CERN melakukan eksperimen di dua laboratorium yang bekerja secara independen dan yang akhirnya berhasil menemukan partikel baru dengan masa sekitar 125 - 126 Gigaelectrovolts (GeV).
Kedua laboratorium itu mengatakan hasil eksperimen tersebut bersifat "lima sigma", yang berarti peluang kekeliruan matematis dalam dua penelitian itu hanya sebesar 0,00006 persen.
No comments:
Post a Comment